Lokasi yang Bagus untuk Ternak Lele


Lokasi yang bagus untuk Ternak Lele | Setelah membaca artikel sebelumnya tentang “Jenis-jenis Ikan Lele yang Cepat Panen”, mimin yakin kalian udah semakin excited buat mulai peternakan lele kalian sendiri.

Nah, kali ini mimin Yuk Ternak bakal ngebahas hal penting lainnya yang harus kalian pertimbangkan, yaitu jenis kolam dan lokasi yang paling cocok buat beternak lele.

Simak terus ya, soalnya mimin bakal bagi info penting buat suksesin peternakan lele kalian!

Syarat Lokasi Agar Sukses ternak Lele

1. Kebutuhan Lahan

Pertama-tama, yang harus Kalian perhatikan adalah lokasi yang cocok untuk budidaya lele. Lokasi ini bisa bermacam-macam, mulai dari perkarangan, kebun, sawah, tambak, hingga danau atau kubangan.

Bahkan, Kalian bisa memanfaatkan bangunan yang nggak terpakai seperti gudang atau ruangan kosong untuk budidaya lele. Yang penting, luasnya lahan bisa disesuaikan dengan kebutuhan Kalian dan skala produksi yang diinginkan.

Jadi, nggak perlu khawatir kalau lahan Kalian nggak terlalu besar, karena lahan sempit pun bisa digunakan. Idealnya, luas lahan yang dibutuhkan berkisar antara 50 hingga 200 meter persegi.

Ingat ya, semakin luas lahan yang Kalian miliki, Kalian bisa membuat kolam yang lebih besar dan lebih banyak.

2. Jenis Tanah

Dalam memilih jenis tanah yang tepat untuk budidaya lele, perlu kalian perhatikan beberapa hal penting terkait kondisi tanah di lokasi kalian. Tidak semua jenis tanah cocok untuk dijadikan kolam pemeliharaan lele, lho.

Kalian harus memastikan bahwa tanah tersebut tidak rentan terhadap rembesan air, longsor, atau bahkan retak, karena hal tersebut dapat mengganggu proses budidaya lele kalian nantinya, teman-teman.

Sebagai seorang yang berkecimpung di dunia budidaya lele, kalian tentu tahu bahwa jenis tanah yang ideal untuk kolam pemeliharaan lele adalah tanah yang memiliki tekstur liat atau lempung, berlumpur, subur, dan tidak mudah tembus air.

Kalian bisa mempertimbangkan untuk menggunakan tanah sawah atau rawa sebagai lokasi kolam pemeliharaan lele, mengingat jenis tanah tersebut umumnya memenuhi syarat-syarat yang diperlukan.

Selain itu, pastikan juga bahwa kemiringan atau elevasi tanah dari permukaan sumber air menuju kolam berkisar antara 5 hingga 10 persen, agar air dapat mengalir dengan baik dalam kolam.

3. Ketinggian lahan

Dalam mencari Lokasi Yang Tepat Untuk Budidaya Lele, kalian harus memperhatikan ketinggian yang sesuai.

Agar mendapatkan hasil yang maksimal, sebaiknya budidaya lele dilakukan pada ketinggian antara 1 hingga 700 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan yang sedang.

Lokasi di atas 700 meter di atas permukaan laut kurang cocok untuk pertumbuhan lele karena udara yang terlalu dingin dapat mengakibatkan metabolisme ikan menjadi tidak optimal.

Hal ini secara otomatis akan memperlambat waktu panen dan meningkatkan konsumsi pakan. Tidak hanya itu, kemampuan telur untuk menetas juga tidak akan maksimal dan membutuhkan waktu lebih lama, bahkan bisa mundur hingga 3-8 jam.

Meskipun lele dapat bertahan hidup pada suhu 20 derajat Celsius, namun pertumbuhannya tidak akan optimal karena suhu ideal untuk pertumbuhan lele berada pada kisaran 25-28 derajat Celsius.

Sementara itu, untuk pertumbuhan larva diperlukan suhu antara 26-30 derajat Celsius, dan untuk proses pemijahan suhu yang ideal berada pada kisaran 24-28 derajat Celsius.

4. Ada Sumber Air di Dekat Kolam

Dalam menjalankan budidaya lele, salah satu hal yang tak boleh diabaikan adalah menemukan lokasi yang tepat, terutama yang dekat dengan sumber air.

Air memang menjadi elemen krusial dalam semua kegiatan budidaya perikanan, termasuk lele. Kualitas serta ketersediaan air harus senantiasa terjamin, tidak terpengaruh oleh perubahan musim yang dapat mengganggu proses budidaya.

Oleh karena itu, penting sekali untuk memilih lokasi yang tidak hanya dekat dengan sumber air tetapi juga bebas dari risiko banjir serta polusi dari limbah rumah tangga ataupun industri.

Tidak hanya itu, ada beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan terkait dengan kualitas air, seperti:

  • pH (tingkat keasaman) yang optimal berkisar antara 6,5 hingga 8;
  • Tingkat kesadahan air (derajat butiran kasar) sekitar 50 hingga 100 ppm;
  • Tingkat kekeruhan air yang diharapkan tidak melampaui 30 hingga 60 cm;
  • Kandungan oksigen yang minimal harus mencapai 0,3 ppm;
  • Kadar CO2 yang sebaiknya kurang dari 12,8 mg/liter;
  • Kandungan amonium yang idealnya berada dalam rentang 147,29 hingga 15756 mg/liter.

5. Aman dari Gangguan

Nah, Kalian harus paham betapa pentingnya menjaga keamanan dalam budidaya lele. Segala macam gangguan, entah dari manusia atau hewan, bisa berakibat buruk bagi hasil panen kita.

Yang paling sering bikin pusing itu tindakan pencurian, kan? Selain bikin kita rugi, juga bikin suasana jadi tidak nyaman. Jadi, jangan anggap remeh soal keamanan ini, ya. Kalian harus betul-betul hati-hati agar usaha ternak lele kalian tetap untung.

6. Sinar Matahari yang Cukup

Salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika mencari Lokasi Yang Tepat Untuk Budidaya Lele adalah sinar matahari yang memadai.

Kalian pasti tahu betapa pentingnya pakan alami bagi perkembangan lele, baik itu selama masa pembenihan maupun saat pembesaran.

Untuk memastikan terbentuknya sumber pakan alami seperti plankton dan organisme lainnya, ketersediaan sinar matahari yang cukup sangatlah diperlukan.

Tak hanya itu, sinar matahari yang hangat juga sangat membantu dalam proses metabolisme lele, membuat mereka lebih sehat dan mempercepat pertumbuhannya.

Agar suhu air tidak terlalu panas karena terpapar langsung sinar matahari, kalian bisa mempertimbangkan untuk memberikan peneduh pada kolam.

Namun, pastikan peneduh yang dipilih tidak memiliki daun yang mudah rontok, sebab hal itu bisa menyebabkan kolam tercemar dan air menjadi rusak.

Namun, perlu diingat bahwa situasi berbeda bila kalian memilih untuk melakukan budidaya lele dengan sistem indoor atau di dalam ruangan.

Di dalam ruangan, suhu air akan tetap stabil karena biasanya setiap akuarium dilengkapi dengan pemanas air.

Selain itu, dengan budidaya di dalam ruangan, kalian bisa menghindari paparan sinar matahari secara langsung kepada ikan.

7. Akses Mudah untuk Sarana Produksi Perikanan

Dalam menjalankan bisnis lele, penting untuk mengamati akses terhadap saprokan (sarana produksi perikanan). Keterbatasan dalam mengaksesnya bisa menghambat jalannya usaha kita.

Oleh karena itu, kami menyarankan agar segala kebutuhan utama dalam budidaya seperti pakan, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya mudah didapatkan di sekitar lokasi.

Ketidaktersediaan saprokan bisa mengganggu kelancaran proses budidaya. Selain itu, lokasi tersebut sebaiknya dilengkapi dengan berbagai sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan budidaya.

8. Mudah untuk Pemasaran

Mudah untuk Pemasaran
Mudah untuk Pemasaran

Seringkali kita melihat bahwa pemasaran sering kali diabaikan. Namun sebenarnya, pemasaran adalah tahap akhir yang sangat krusial dalam proses budidaya ini.

Bayangkan saja, jika tempat usaha Kalian terletak jauh dari pusat pemasaran, kemana Kalian akan menjual hasil panen?

Oleh karena itu, sebelum memulai usaha, Kalian harus mempertimbangkan pemasaran secara serius.

Sebaiknya, Kalian memilih lokasi budidaya yang dekat dengan pasar atau setidaknya mudah dijangkau oleh para pemasar.

9. Tenaga Kerja Mendukung

Dalam dunia ternak lele, sebuah usaha takkan mencapai hasil maksimal kecuali jika dikerjakan oleh para ahli dalam bidang ini.

Ketika masalah muncul, tak ada yang mampu menanganinya dengan profesionalitas, sehingga usaha yang telah dilakukan akan terbengkalai. Tanpa dukungan teknis yang memadai, budidaya lele takkan pernah berhasil.

Oleh karena itu, para peternak harus menguasai setiap tekniknya dari segala aspek yang terkait, dimulai dari aspek biologis, teknis pembenihan, pendederan, pembesaran, penanggulangan hama dan penyakit, penyediaan pakan, hingga tahap panen dan pascapanen.

Selain itu, diperlukan juga tenaga kerja yang memiliki ketajaman dalam melihat dan memanfaatkan peluang pasar yang ada. Tenaga ahli ini bisa saja berasal dari peternak sendiri yang telah banyak membaca atau mengikuti berbagai pelatihan terkait lele.

Atau bisa juga dari kalangan lain yang sudah terbiasa berkecimpung di dunia budidaya lele.

Sebagai contoh, untuk memproduksi benih lele di lahan seluas 1.000 meter persegi, diperlukan 3 orang tenaga kerja.

Namun, untuk melakukan pembesaran lele di lahan yang sama, hanya dibutuhkan 2 orang pekerja.

Jumlah pekerja yang lebih sedikit dalam pembesaran lele dikarenakan aktivitasnya yang tidak sekompleks tahapan pembenihan.

Dengan begitu, proses pemasaran akan menjadi lebih lancar dan hasil panen kita bisa terserap dengan baik di pasaran.

Tempat Alternatif Ternak Lele

Ternak Lele Sistem Keramba
Ternak Lele Sistem Keramba

Dalam dunia ternak lele, ada tempat alternatif yang bisa digunakan untuk budidaya, yaitu menggunakan keramba jaring apung.

Nah, kalian bisa memilih tempatnya di sungai, waduk, saluran irigasi, atau danau. Tapi yang penting, kalian harus memilih lokasi yang lahannya tidak terlalu curam dan dekat dengan rumah, supaya mudah untuk dikontrol.

Ukuran ideal sungai atau saluran irigasi untuk keramba ini sekitar 3-5 meter lebarnya dengan kedalaman antara 30 hingga 60 sentimeter.

Pastikan juga sungai atau saluran irigasinya tidak terlalu banyak batunya agar keramba bisa dipasang dengan mudah.

Keuntungan utama menggunakan keramba adalah kemudahan dalam proses panen dan sortir.

Namun, kelemahannya adalah kalian tidak bisa menyebar lele terlalu padat di dalamnya.

Lokasi yang Kurang Baik untuk Ternak Lele

Tentu kalian paham bahwa menemukan tempat yang pas untuk budidaya lele adalah kunci kesuksesan kita. Namun, nggak semua lokasi cocok buat budi daya lele, guys.

Terkadang, kita menghadapi masalah dengan air, suhu, pH, kadar oksigen, atau masalah lainnya. Tapi jangan khawatir, kita harus punya trik untuk mengatasi kekurangan itu.

Nah, gimana kalau tempat yang kita punya nggak memenuhi semua standar ideal itu?

Apa strategi dan langkah-langkah yang harus kita ambil supaya tetap bisa memelihara lele dengan hasil yang optimal meski tempatnya kurang ideal?

1. Dataran Rendah (Panas)

Kalian tahu, dataran rendah itu adalah wilayah yang luasnya meliputi kisaran ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut.

Cuacanya juga terbilang cukup panas, dengan suhu yang berkisar antara 28 hingga 32 derajat Celsius.

Biasanya, lahan semacam ini bisa Kalian temui di sekitar pantai, tapi tak jarang juga menyebar hingga ke pedalaman. Nah, karakteristik tanah yang subur di dataran rendah membuatnya sangat cocok untuk budidaya lele.

Namun, tantangan utamanya adalah menghadapi suhu yang tinggi tersebut. Salah satu cara yang bisa Kalian lakukan adalah dengan membuat kolam yang cukup dalam, minimal 1-2 meter, agar bisa meredam panasnya.

Selain itu, Kalian juga bisa memanfaatkan peneduh seperti paranet atau menutup sebagian permukaan kolam dengan terpal.

Selain itu, satu solusi lain yang cukup efektif adalah dengan menanam tanaman air seperti kiambang. Tanaman ini mampu menutupi sekitar 30-40% permukaan kolam, sehingga sinar matahari masih bisa masuk tapi tetap memberikan naungan yang cukup bagi lele.

Sebaiknya hindari menggunakan eceng gondok atau kangkung air sebagai peneduh karena selain rentan terhadap serangan hama, kedua tanaman tersebut juga dapat menyebabkan air di kolam menjadi kotor karena mudah membusuk.

2. Dataran Tinggi (Dingin)

Kalian harus memahami bahwa dataran tinggi adalah area yang memiliki ketinggian melebihi 700 meter di atas permukaan laut.

Wilayah ini memang cocok untuk bermacam-macam kegiatan pertanian seperti perkebunan teh, cengkih, kopi, sayuran, buah-buahan, dan bunga.

Namun, kalian perlu menyadari bahwa kondisi ini kurang mendukung untuk budidaya lele. Air di daerah ini cenderung terlalu dingin dan kadar oksigen rendah, yang tentunya akan menghambat pertumbuhan lele karena metabolismenya terganggu.

Jika kalian berkeinginan untuk tetap melakukan budidaya lele di sini, kalian harus pintar-pintar menyiasatinya dengan memanfaatkan teknologi sederhana seperti pompa resirkulasi, aerator untuk menyebarkan gelembung udara, dan pemanas air atau sistem indoor yang memanfaatkan penghangat ruangan.

Meskipun penerapan teknologi ini membutuhkan modal yang tidak sedikit, namun hasil produksi yang kalian dapatkan tidak akan maksimal.

3. Curah Hujan Tinggi (pH Asam)

Lokasi dengan curah hujan tinggi seperti Bogor dan Cianjur seringkali menimbulkan banyak masalah.

Air menjadi dingin, asam, dan keseimbangan mineral terganggu, serta kadar oksigen turun drastis. Hal ini bisa menyebabkan radang pada insang dan ginjal lele, bahkan infeksi berat.

Lele tidak bisa beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan tersebut, sehingga mengalami stres yang berat, seperti menggantung, berlendir, berbusa, dan akhirnya mati.

Karena itu, setelah hujan, seringkali banyak lele yang mati, terutama benih.

Perubahan suhu, keasaman air, penurunan kadar oksigen, serta lendir dan busa yang dihasilkan oleh ikan akibat hujan, menciptakan lingkungan yang sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur, bakteri, dan penyakit lainnya.

Akibatnya, kualitas air menurun dan ikan kesulitan bertahan hidup. Untuk mengantisipasi hal ini, kita bisa menebarkan beberapa genggam garam kasar (tanpa iodin) ke dalam kolam setelah hujan berhenti, untuk mengembalikan keseimbangan air dan mencegah perkembangan penyakit.

Jumlah garam yang ditebar harus disesuaikan dengan volume air kolam. Misalnya, untuk kolam dengan luas 10 m2, cukup menebar 2 genggam garam kasar.

Sementara itu, untuk mengatasi kadar asam yang tinggi, bisa diberi soda kue berbentuk bubuk atau serbuk kapur gampung. Dosisnya sangat tergantung tingginya curah hujan dan volume air dalam kolam. Cara penggunaannya sebagai berikut.

  • Siapkan wadah berupa mangkok
  • Isi air agak penuh
  • Tambahkan sode kue sekitar 1-2 sendok makan
  • Aduk hingga rata sampai berwarna putih
  • Tebar larutan soda kue ke dalam kolamsecara merata
  • Larutan tersebut digunakan kolam seluas 1m2

4. Lokasi dengan pH tinggi

Kalian, saat mencari lokasi yang pas untuk budidaya lele, penting untuk menghindari lokasi dengan pH yang tinggi.

Budidaya lele di tanah dengan pH tinggi seringkali mengandung kapur yang kurang cocok, terutama untuk fase pembenihan.

Oleh karena itu, perlu menurunkan atau menormalkan pH dengan menggunakan zat asam seperti tawas, cuka, atau jeruk nipis.

Cara melakukannya adalah dengan melarutkan bahan-bahan penetral tersebut dalam air, kemudian biarkan mengendap selama 3-4 hari.

Setelah itu, air tersebut dapat digunakan untuk budidaya. Penyesuaian komposisi penggunaan zat asam harus dilakukan sesuai dengan kadar pH dan volume air yang akan dinormalkan.

Untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan air yang telah dinormalkan, bisa menggunakan kertas lakmus atau kertas pH, atau dengan menggunakan pH meter.

5. Lahan gambut (asam)

Hindari memilih lahan gambut sebagai lokasi yang cocok untuk budidaya lele. Lahan gambut cenderung memiliki sifat asam yang kurang mendukung bagi pertumbuhan ikan.

Meskipun ada beberapa jenis ikan yang bisa hidup dengan baik di lingkungan tersebut seperti gabus, sepat, tapah, betok, dan patin, namun demikian, jika Kalian berkeinginan untuk mengaplikasikan budidaya di lahan gambut, Kalian perlu melakukan penyesuaian terlebih dahulu dengan menetralisir tingkat keasaman atau pH-nya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan kapur pertanian atau soda kue sebagai bahan penyeimbang.

Lebih baik lagi jika Kalian menggunakan wadah berupa kolam terpal atau beton, hal ini dapat membantu dalam proses penyeimbangan pH air.

Jika Kalian tetap memilih untuk menggunakan kolam tanah, Kalian harus menyediakan jumlah bahan penyeimbang pH yang lebih banyak karena lahan gambut cenderung memiliki pengaruh asam yang lebih dominan, sehingga pH air dapat berubah dengan cepat.

Berikut cara menetralisir air :

  • Masukkan air dari sumber air ke kolam penampungan sementara.
  • Tambahkan kapur pertanian sebanyak 30-50 g/m3 air.
  • Endapkan selama 3-5 hari agar pH stabil.
  • Pindahkan air dari kolam penampungan sementara ke kolam pemeliharaan.
  • Kolam siap digunakan untuk budi daya.

Cara lain yang bisa dilakukan untuk menetralisir pH air adalah menggunakan soda kue. Caranya sama dengan pemberian kapur pertanian. Dosisnya 1/2 sendok teh/m3 yang dilarutkan dalam air, lalu diendapkan selama 2-4 hari. Setelah itu, air bisa digunakan untuk budi daya lele.

Setelah Menentukan Lokasi Kalian Harus Tau Jenis Kolam yang Cocok Untuk Ternak Lele

Penutup

Nah, itulah tadi pembahasan dari mimin Yuk Ternak tentang jenis kolam dan lokasi yang bagus buat ternak lele.

Semoga artikel ini bisa jadi panduan buat kalian yang lagi nyiapin peternakan lele. Ingat, pilihlah jenis kolam dan lokasi dengan cermat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kalian.

Dengan persiapan yang matang, mimin yakin kalian bisa sukses mengembangkan peternakan lele yang menguntungkan. Tetap semangat dan selamat berpeternak!

Andi Wijaya

Seorang sarjana peternakan unggas yang ketagihan sama dunia burung. Selain suka ngurusin mereka, aku juga kecanduan nulis-nulis. Gak bisa berhenti untuk berbagi pengalaman ngurus burung lewat tulisan-tulisan di blog kesayangan, yukternak.com. Jadi, kalau lagi gak sibuk, pasti aku lagi asyik ngetik cerita atau tips-tips seputar burung yang aku pelihara.

Tinggalkan komentar